BOLIVIA – Wakil Ketua Senator Bolivia Jeanine Añez telah memproklamasikan diri sebagai Presiden sementara Bolivia pada Selasa (12/11/2019) malam. Anez mengisi kekosongan kursi kepala negara Bolivia setelah pengunduran diri Evo Morales pada akhir pekan lalu.
CELEBES TOP NEWS – “Saya akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menentramkan negara,” ujar Anez saat sesi pengambilan sumpah yang kemudian disambut dengan sorakan dan tepuk tangan meriah.
Namun, anggota parlemen Gerakan Menuju Sosialisme yang mendukung Morales menolak untuk ambil bagian dalam sesi parlementer tersebut dan menyebut sesi itu tidak sah karena gagal mencapai kuorum. Anez maju karena secara konstitusional merupakan calon utama menggantikan posisi Morales setelah wakil presiden dan ketua Senat serta ketua Kongres Bolivia mengundurkan diri bersama Morales.
Sementara itu, ratusan pendukung Morales pun turun ke jalan menentang Añez mengambil peran sebagai pejabat presiden Bolivia.
“Dia (Anez) mendeklarasikan dirinya sebagai presiden tanpa kuorum di parlemen. Dia tidak mewakili kita,” ujar salah seorang pengunjuk rasa, Julio Chipana kepada The Guardian.
Meskipun presiden sementara Bolivia telah diangkat dan Morales telah bertolak ke Meksiko untuk mendapat suaka, Negara Amerika Selatan tersebut masih tetap diguncang akibat pembelahan yang terjadi antara pendukung dan penentang pengangkatan Anez sebagai presiden sementara Bolivia.
“Orang-orang yang terlibat dalam semua protes ini menginginkan kami untuk menyerukan pemilihan presiden yang tidak curang, yang dapat dipercaya,” ujar Áñez yang merupakan lawan politik Morales.
Anez juga menyangkal Morales menjadi korban kudeta, sebagaimana yang disampaikan Moralez dalam pidatonya. “Apa yang terjadi di Bolivia adalah pembuktian kecurangan (pemilu) besar-besaran. Kudeta adalah ketika tentara turun ke jalan,” pungkas Anez.
Duduknya Anez sebagai presiden sementara Bolivia diharapkan akan membuka jalan untuk diadakannya pemilu baru di Bolivia. Politikus berusia 52 tahun itu kemungkinan akan segera diberi mandat oleh kongres untuk menyelenggarakan pemilu dan transisi menuju pemerintahan baru Bolivia pada 22 Januari 2020 mendatang.
Tanggapan negara-negara lain terkait penggulingan kekuasaan Morales juga mencerminkan perpecahan ideologis atas populisme sayap kanan dan kiri yang kembali menguat.
Negara yang memberi dukungan terhadap Morales diantaranya Presiden Venezuela Nicolás Maduro, Presiden Nikaragua Daniel Ortega, dan Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel, dan lainnya. Sedangkan, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menjadi yang paling lantang dalam menentang Morales.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa pengunduran diri Morales demi alasan menjaga demokrasi. Sedangkan, Pemimpin oposisi dari Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn, mengutuk kudeta yang dilakukan terhadap Morales.
Morales memutuskan mundur pada Minggu (10/11/2019), menyusul terjadinya unjuk rasa selama tiga pekan terakhir yang menentang hasil pemilihan umum. Pilihan itu juga diambil Morales setelah polisi dan tentara tidak lagi mendukung dirinya. Wakil Presiden Bolivia Alvaro Garcia Linera, ketua Senat, dan ketua Kongres Bolivia dan beberapa pejabat lainnya pun memutuskan untuk mengundurkan diri juga bersama Morales.
Pada Senin (11/11/2019) malam, Morales pun kemudian bertolak ke Meksiko yang telah memberinya suaka. Saat tiba di Meksiko, Morales menyatakan bahwa pengasingannya tersebut bukan lah akhir perjalanannya dan berjanji akan terus melanjutkan perjuangan politiknya.
Morales juga mengatakan bahwa sesaat sebelum ia mengundurkan, seorang anggota tentara menunjukkan kepadanya pesan-pesan yang menginstruksikan menangkap atau membunuhnya dengan bayaran USD $ 50 ribu atau sekitar Rp 700 milyar.
“Saya pikir kami telah selesai dengan diskriminasi dan penghinaan, tetapi telah muncul kelompok-kelompok baru yang tidak menghargai kehidupan, apalagi untuk tanah air. Ini adalah pelajaran,” ungkap Morales.
Morales yang pertama kali terpilih sebagai Presiden Bolivia pada Desember 2005 lalu, merupakan presiden pertama dari suku Aymara yang merupakan suku asli mayoritas Bolivia. Mantan ketua serikat petani koka itu juga menjadi presiden pertama yang muncul dari kalangan gerakan sosial. [Celebestopnews.com]
Reporter : theguardian
Editor: Galuh Fauzi