JAKARTA – Potensi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) jelang musim hujan semakin meningkat. Di Ibu Kota negara, seperti DKI Jakarta saja, pada tahun 2018 terdapat jumlah kasus DBD hingga mencapai 3.000 kasus. Bagaimana lagi dengan daerah lainnya.
CELEBES TOP NEWS – Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang terdiri atas 2 dosen serta 3 mahasiswa dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran (FK) UI menciptakan aplikasi bernama Healthpoint atau disingkat HP Kader. Aplikasi ini mampu mengidentifikasi wilayah mana saja yang berisiko tinggi kasus DBD sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dengan maksimal.
Untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi tersebut, Tim Pengmas FKUI telah menggelar Sosialisasi Penggunaan Aplikasi Healthpoint pada Senin (25/11/2019) di Kantor Lurah Bungur, Jakarta Pusat. Acara itu terselenggara atas kerja sama antara Klinik Dokter Keluarga Kiara FKUI dengan Kelurahan Bungur yang dihadiri oleh 30 Kader Jumantik.
Kader Jumantik atau Juru Pemantau Jentik merupakan relawan yang melakukan upaya pencegahan DBD dengan memberantas sarang nyamuk setiap minggu di wilayah RT masing-masing. Kader Jumantik kerap mendatangi rumah-rumah warga untuk memeriksa setiap wadah, apakah mengandung jentik nyamuk atau tidak. Kader ini akan mencatat dan melaporkan hasil pemantauannya kepada koordinator kader yang kemudian mengirimkan rekapan laporan kepada Puskesmas. Selama ini, proses pemantauan dilakukan secara manual dengan menggunakan kertas, sehingga tidak dapat segera terlihat area mana yang berisiko terhadap DBD.
Atas dasar kondisi tersebut, Tim Pengmas dr. Levina Chandra Khoe, MPH menuturkan FKUI berinisiatif menciptakan aplikasi Healthpoint yang diharapkan dapat memudahkan pencatatan data lapangan. Aplikasi HP Kader, kata dia, dapat diunduh pada smartphone berbasis android dan dapat diakses dengan mudah. Para kader dapat memasukkan data jumlah wadah yang diperiksa, jumlah wadah yang mengandung jentik nyamuk, dan menyertakan bukti foto wadah yang diperiksa dengan mengunggahnya ke dalam sistem aplikasi.
“Selain itu, tiap lokasi yang didatangi oleh kader akan terekam lokasinya dalam koordinat global positioning system (GPS) sehingga petugas Puskesmas dapat mengidentifikasi area yang memiliki angka bebas jentik yang rendah dan kemudian menindaklanjutinya,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima redaksi, Jumat (29/11/2019)
Tim Pengmas FKUI terdiri atas drg. Agus Sugiharto, MARS; dr. Levina Chandra Khoe, MPH; dr. Muhammad Aji Muharrom, dr. Dani Muhamad Trianto; dan Reza Haryo Yudanto. Lebih lanjut, dalam kegiatan seminar, tim Pengmas menjelaskan langkah-langkah penggunaan aplikasi Healthpoint dimulai dari login hingga memasukkan data rumah yang dikunjungi, mengunggah foto, hingga mendapatkan rekapan laporan rumah yang dikunjungi. Kader Jumantik dapat langsung mencetak laporan tersebut untuk diberikan kepada koordinator kader.
“Dengan adanya aplikasi ini, kader dapat lebih mudah dalam memasukkan data dan menghasilkan laporan; sementara dari sisi petugas Puskesmas, aplikasi ini akan memudahkan pemetaan wilayah yang berisiko terhadap DBD.” harap dr. Levina. [Celebestopnews.com]
Reporter: Galuh
Editor: Galuh Fauzi