Jakarta – Bagi metreka yang tengah diet, khususnya dengan diet bergizi dengan kalori yang cukup di negara-negara berkembang akan berefek pada peningkatan emisi gas rumah kaca dan penggunaan air yang besar.
CELEBES TOP NEWS – Karena itu DI negara-negara berpenghasilan tinggi diserukan untuk mempercepat adopsi diet nabati.
Para peneliti di Johns Hopkins University mengembangkan model yang melihat bagaimana perubahan pola makan di 140 negara akan berdampak pada emisi gas rumah kaca dan penggunaan air tawar di tingkat individu dan negara. Studi itu diterbitkan dalam jurnal Global Environmental Change, pada Senin (16/9/2019).
Mereka menggunakan model tersebut untuk menentukan jejak iklim per kapita dan iklim di seluruh negeri dari sembilan diet, yang tidak termasuk daging merah, pescatarian, vegetarian tanpa menghilangkan telur dan susu, susu, vegan, dan lainnya.
Pemodelan mereka menunjukkan, misalnya, pola makan yang mengandung protein hewani dari rantai makanan tingkat rendah, seperti ikan kecil dan moluska, memiliki dampak lingkungan yang hampir sama rendahnya dengan pola makan vegan.
Studi ini juga menemukan negara asal makanan dapat memiliki konsekuensi besar terhadap dampak iklimnya. Misalnya, satu pon daging sapi yang diproduksi di Paraguay menyumbang hampir 17 kali lebih banyak gas rumah kaca daripada satu pon daging sapi yang diproduksi di Denmark, perbedaan yang terkait dengan deforestasi sebagai akibat dari lahan penggembalaan. [Celebestopnew.com]
Sumber : Channel News Asia
Editor : Galuh Fauzi