JAKARTA, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyebut ada puluhan ribu konten diduga bersifat hoaks mengenai Papua dan Papua Barat. Lantaran itu Polri meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tetap membatasi akses internet di Papua dalam bebeapa hari ke depan.
CELEBES TOP NEWS – “Dalam waktu beberapa hari ini tetap dari pertimbangan Kapolda Papua dan Kapolda Papua Barat serta kominfo menyampaikan dari tanggal 28 sampai sekarang 52 ribu konten hoaks. Dengan pertimbangan itu makanya dibatasi dulu,” kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2019).
Diperkirakan sebelumnya hanya 32 ribu konten hoaks, kini bertambah 207 ribu. Oleh karena itu, pemerintah menimbang untuk membatasi penyebaran konten itu guna menghindari informasi hoaxs meluas di masyarakat. Dedi mengaku konten-konten itu menjadi pemicu awal kerusuhan.
“Sebagian diproduksi di luar Papua. Konten itu termasuk dari luar negeri. Setelah dicek twitter mendominasi dan FB. Twitter berarti bukan melibatkan golongan akar rumput. Akar rumput sudah redam jadi mereka mainnya sudah middle sama elit baik di dalam negeri maupun luar negeri yg mencoba membakar lagi,” paparnya.
Dedi menjelaskan, dampak gangguan ekonomi yang ditimbul akibat pembatasan internet lebih kecil dari pada penyebaran hoaxs yang berisiko kericuhan yang terjadi masif dan terstruktur.
“Kecil impactnya (ekonomi) itu. Lebih besar impact keamanan. Karena keamanan mencangkup semuanya sosial, ekonomi, politik, budaya dan kesatuan NKRI. Dari pertimbangan itu paling dominan,” lanjutnya.
Dedi memastikan pihaknya setiap hari melakukan penyegaran informasi. Sehingga rencana Minggu depan akan digelar media konferensi di Polhukam dengan melibatkan semua stakeholder.
“Biar komprhensif. Dari segala aspek, mulai Polri, TNI, Kemenlu, Kominfo dan Polhukam lebih luas. Itu salah satu rekomendasi rapat dengan KSP,” tandasnya. [celebestopnews.com]
Reporter: Damar
Editor: Galuh Fauzi